Alkisah ada seorang murid yang selalu jengah, bosan dan lelah saat menerima ilmu dari gurunya. Murid tersebut sampai hafal kata-kata yang terus menerus diucapkan oleh gurunya:
"nak, jangan meninggalkan kelas terlebih dahulu sebelum kipasnya dimatikan"
"nak, kran airnya dimatikan bila airnya penuh"
"nak, ambil pulpen yang jatuh di lantai"
"nak, itu posisi sepatunya dirapikan"
"nak, jika ditanya jawablah dengan tegas"
dan bermacam nasihat lain yang selalu diucapkan oleh sang guru.
Suatu ketika, si murid tersebut tumbuh menjadi dewasa dan telah menyelesaikan pendidikan S1 nya. Saat itu, dia tengah mengikuti tes masuk kerja di sebuah perusahaan bergengsi. Ketika dia memasuki ruangan perusahaan tersebut, dia mendapati salah satu sudut ruang kosong yang terbuka dengan lampu dan kipas yang masih menyala. Nasihat gurunya lantas tiba menghampiri yang membuat dia risih dan beranjak menuju ruang tersebut untuk mematikan lampu dan kipas yang masih menyala.
Kemudian, dia melanjutkan perjalanan mencari petunjuk ruang mana yang akan digunakan sebagai ruang ujian wawancara. langkahnya terhenti mendengar bunyi kran air dari sebuah wastafel. Lagi-lagi nasihat gurunya terngiang di telinganya. Dia berkata "aduuhhhh kenapa selalu ada suara guru di sini. Bosan saya." Risih dengan nasihat guru yang seakan-akan terus membisikkan agar mematikan kran saat air penuh pun ia turuti meski dengan kedongkolan. Lega dia rasakan saat berhasil mematikan kran tersebut, karena itu artinya bayangan nasihat gurunya ikut hilang.
Kemudian, murid tersebut menuju salah satu ruang yang ternyata ruang tersebut adalah ruang tes wawancara. Di luar ruangan ujian sudah banyak peserta lain yang menunggu giliran. Dia berkata dalam hati, "apa mungkin saya bisa diterima di sini". Dia melangkahkan kaki dan langkahnya lagi-lagi terhenti karena ada beberapa sepatu yang berserakan di pinggir karpet. Untuk kesekian kalinya, rekaman nasihat gurunya kembali menghampiri. Hatinya bergejolak, dia mencoba terus melangkah tapi rekaman nasihat gurunya terus menerus menghantuinya. Lantas, dia memutuskan berbalik dan membetulkan posisi sepatu yang berserakan tadi.
Setelah menunggu beberapa saat, tiba giliran murid tersebut memasuki ruang ujian. Duduk di sebuah kursi, seorang lelaki separuh baya berjas dan berdasi. Laki-laki tersebut berkata, "selamat, anda diterima. Besok anda sudah bisa masuk kerja. " si Murid bertanya-tanya, dia tidak diberikan satu pun pertanyaan tapi dia langsung diterima kerja. Menjawab rasa penasarannya tersebut, pimpinan perusahaan itu pun menyampaikan, "kami tidak menguji dengan pertanyaan, tapi tindakan. Kami memantau dari cctv setiap pelamar yang masuk di sini. Dan baru anda orang yang melewati ujian dengan sukses. Peserta lain, cuek dengan kondisi yang ada di sekitar mereka, mulai dari lampu dan kipas yang menyala, kran air yang terbuka, serta sepatu yang berserakan. Jadi anda layak jadi manager di sini"
Murid itu seketika menangis, bukan karena dia bahagia telah diterima di perusahaan bergengsi. Tapi, dia menyesal telah mengabaikan setiap nasihat yang disampaikan oleh gurunya. "Maafkan aku guruku, yang sering jengkel mendengar nasihat darimu. Nasihat itu, kini mengantarkanku pada kesuksesan"
Selamat Hari Guru, untuk seluruh guru-guru kami yang dengan tulus mencintai kami. Tetaplah bersinar dengan segala nasihat yang penuh keikhlasan disampaikan kepada kami.
SELAMAT HARI GURU
No comments:
Post a Comment